Sabtu, 03 Agustus 2013

PERPARAH ABRASI PANTAI, JANGAN PAKSAKAN REKLAMASI DI TANJUNG BENOA, BALI


PERPARAH ABRASI PANTAI, JANGAN PAKSAKAN REKLAMASI DI TANJUNG BENOA, BALI
Semarapura (Bali Post)-


Rencana reklamasi Teluk Benoa seluas 838 hektar, benar-benar menghantui masyarakat pesisir. Mereka menjerit lantaran garis pantai terus terkikis oleh abrasi masif. Reklamasi di Teluk Benoa akan berdampak memperparah abrasi yang makin kuat di wilayah Klungkung.
Seperti di Pantai Tegal Besar, Desa Negari, Banjarangkan, Klungkung, sejak lama abrasi cukup parah. Warga setempat, Made Mudra, Minggu (28/7) kemarin, mengatakan abrasi di pantai yang diapit Tukad Bubuh dan Tukad Melangit mengakibatkan puluhan hektar lahan pertanian lenyap. "Dulu jarak bibir pantai Tegal Besar dengan permukiman warga lebih dari dua kilometer, sekarang hanya seratus meter. Abrasi ini sudah terjadi sejak 20 tahun lalu," katanya.
Lahan yang lenyap akibat abrasi, mayoritas lahan milik warga setempat, investor dan areal pertanian desa setempat. Abrasi membuat puluhan hektar lahan tersebut terkubur pasir sehingga tak bisa digarap warga. "Sekarang lahan-lahan pribadi hanya tinggal sertifikat," keluh Mudra yang juga nelayan di pantai setempat.
Mudra dan warga lainnya di lokasi mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang menuduh warga pencari batu sikat, sebagai penyebab parahnya abrasi. Padahal, banyak kebijakan keliru pemerintah provinsi maupun kabupaten yang tidak memikirkan dampaknya bagi lingkungan. Salah satunya kebijakan reklamasi di Teluk Benoa. Dari pengalamannya melaut, rata-rata arus laut di sepanjang pantai di Klungkung memang cukup kuat, sehingga ombak kerap ganas menghancurkan pantai. Di pantai Tegal Besar, abrasi telah membuat jalan raya menuju lahan milik warga dan investor putus dan kini menjadi alur sungai. Puluhan meter tanggul pantai juga jebol. Akibatnya nelayan kehilangan lahan untuk memarkir jukung.
Warga lainnya, Dewa Aji Bading juga heran atas rencana reklamasi Teluk Benoa. Seolah pemerintah tak melihat abrasi yang sudah terjadi sebelumnya. Terlebih saat Gubernur Bali Mangku Pastika ngotot hendak melanjutkan rencana reklamasi itu. Jika reklamasi dilakukan, dia meyakini pantai Tegal Besar bakal tambah hancur oleh abrasi lebih besar. "Kalau orang Bali bilang, lebah keparanan banyu, dimana dataran yang lebih rendah, airnya pasti menuju ke sana. Ini sangat mengkhawatirkan. Pantai Tegal Besar bakal tambah hancur," ungkap Dewa Aji. Dia berharap, rencana reklamasi Teluk Benoa dibatalkan agar pantai di kabupaten lain tidak terkena dampaknya. Warga Dusun Tegal Besar yang pencari batu sikat ini berharap pihak terkait segera melakukan langkah-langkah untuk menyelamatkan sekaligus melindungi Pantai Tegal Besar.
Abrasi di Klungkung memang terbilang parah. Dari data di Dinas PU Klungkung, kerusakan pantai akibat abrasi di Klungkung paling banyak terjadi di Kecamatan Nusa Penida. Dari panjang pantai 48.500 meter, 13.550 meter di antaranya rawan abrasi dan hingga kini belum tertangani. Kondisi ini kerap dikeluhkan para kades, seperti Kades Ped, Kutampi, Batunggul hingga Suana. Namun kerusakan parah itu tak bisa langsung ditangani secara menyeluruh lantaran terbentur anggaran cukup besar.
Selain itu tiga kecamatan lainnya, yakni Banjarangkan, Klungkung dan Dawan juga terjadi abrasi. Di Kecamatan Banjarangkan, Pantai Tegal Besar, Lepang dan Sidayu dengan panjang pantai 4.000 meter, 3.000 meter diantaranya tergerus abrasi dan belum tertangani. Hal serupa terjadi di Kecamatan Klungkung abrasi 1.400 meter dari Pantai Watu Klotok hingga Jumpai yang panjangnya 2.500 meter. Sementara abrasi di Kecamatan Dawan, Pantai Kusamba, Gunaksa dan Pesinggahan 900 meter dari panjang 4.000 meter. Dari total kerusakan pantai akibat abrasi itu, yang tertangani baru 9.129,96 meter. (kmb31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

About

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified